berhenti mengecam kegelapan .. nyalakan lilin .

Ini negeri besar dan akan lebih besar. Sekedar mengeluh dan mengecam kegelapan tidak akan mengubah apapun. Nyalakan lilin, lakukan sesuatu :) #indonesiamengajar

Selasa, 26 Juni 2012

etologi hewan , just share ^^


PRILAKU MIGRASI PADA BURUNG 
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Burung merupakan sumber plasma nutfah yang memberikan kekayaan tersendiri bagi kekayaan fauna di Indonesia. Sebagai salah satu satwa yang mudah dilihat dan dinikmati suaranya, banyak jenis burung diminati dan dicari manusia untuk ditangkap dari alam dan dipelihara. Kegiatan tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi penurunan jumlah jenis dan populasi burung di alam.

Salah satu usaha untuk melestarikan potensi jenis burung dengan melakukan pengamatan secara kontinu untuk memonitor jenis-jenis mana yang mudah dijumpai dan yang mulai sulit dijumpai. Sehingga keberadaan jenis burung akan selalu termonitor dari tahun ke tahun. Salah satunya adalah pemantauan burung-burung migrant.
Burung termasuk dari salah satu satwa yang melakukan migrasi, hal ini ditunjang dari kondisi morfologi yang memungkinkan burung lebih mudah melakukan migrasi dibandingkan dengan satwa lainnya. Migrasi pada burung telah diketahui secara intensif sejak 50-60 tahun yang lalu (Alikondra,1993).
Burung mulai bermigrasi di waktu yang sama setiap tahun. Keberangkatan burung untuk bermigrasi dipengaruhi oleh interaksi kompleks dari ransangan luar (termasuk cuaca) dan penanggalan biologis yang memungkinkan burung mengetahui perubahan musim (Peterson,1986)
Peristiwa migrasi burung itu sendiri terjadi secara rutin. Jika kita mengamati siklus migrasi di jalur migrasi Asia Timur maka burung air imigran ini berbiak di Asia Utara saat belahan bumi utara mengalami musim panas. Dan mengalami perjalanan jauh menuju bumi selatan pada saat mendekati musim dingin di belahan bumi utara. Mereka terbang banyak melintasi Negara di kawasan Asia Timur pada bulan Agustus – Nopember dan tinggal di belahan bumi selatan yang lebih hangat iklimnya. Mereka tinggal 8 bulan sebelum mereka kembali ke utara yang sudah mulai hangat di bulan Maret – Mei untuk berbiak (Rudyanto,1996).
Burung.buruing dalam melakukan migrasi dapat mencapai jarak tempuh yang sangat jauh sehingga memerlukan energy yang cukup banyak. Burung ini pada umumnya menyimpan cadangan berbentuk lemak yang disimpan didalam tubuhnya. Burung pada umumnya berhenti untuk beristirahat dan mencari makan disuatu tempat dalam beberapa saat guna mendapatkan makanan dan menyimpanya sebagai cadangan makanan dalam bentuk lemak.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang yang sudah dipaparkan adalah :
1.      Bagaimana pola aktivitas pada burung saat melakukan migrasi ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan adalah :
1.      Untuk mengetahui pola aktivitas pada burung saat melakukan migrasi.
2.      Untuk mengetahui jarak edar burung.

1.4  Manfaat
Manfaat yang diperoleh adalah mengetahui aktivitas dan perilaku migrasi pada burung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Burung
Burung merupakan hewan bertulang belakang (vertebrata) dan berdarah panas seperti hewan menyusui lainnya, tetapi sebenarnya burung lebih berkerabat dengan reptile, yang mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang lalu. Semua jenis burung dianggap berasal dari  sesuatu yang mirip fosil burung yang pertama yaitu Archaeopteryc.
Burung masa kini berbeda dengan reptile karena berkembangnya bulu yang mempengaruhi daya terbang. Reptile sperti Pterasaorus sudah mempunyai daya terbang yang kuat tetapi hanya mengandalkan bentuk sayap yang panjang dan berselaput. Mulanya sayap burung yang lebar hanya digunakan untuk melayang dan baru digunakan untuk terbang yang sebenarnya setalah bulu sayapnya berkembang semakin lebar, ringan dan tersusun rapat. Bulu merupakan keberhasilan burung, tidak hanya memberikan daya terbang tetapi juga memberikan kehangatan dalam memelihara suhu badan. Modifikasi bulu burung saat ini ada yang berubah fungsi yang mempunyai lapisan kedap air, sebagai alat perasa, berwarna cerah atau berburik-burik untuk menyamar dan memikat. Karena sayap dipakai untuk terbang, burung kehilangan fungsi tangan dan menjadi makhluk hidup berkaki dua. Selain itu tulang burung berevolusi menjadi berongga berisi udara dan lebih ringan, tulang punggungnya menjadi lebih pendek dan menyatu, paruhnya terbentuk dari zat tanduk yang ringan dan tidak bergigi, dibandingkan dengan rahang bergigi dari tulang yang berat pada reptile nenek moyang mereka.
Keberadaan burung sangat dekat dengan manusia, merupakan hewan yang mudah dikenal diantara hewan-hewan lainnya karena burung dijumpai aktif sepanjang hari dan mudah dilihat. Keanekaragaman bulu dan suara burung dapat menarik perhatian manusia sehingga beberapa jenis burung dianggap memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Pola sebaran Burung
Factor-faktor yang mempengaruhi distribusi burung (Berger,1961 dalam Sukmantoro, 1995) yaitu :
a.       Waktu dan geologi
b.      Penghalang fisik
c.       Mobilitas
d.      Kebutuhan akan lingkungan
e.       Toleransi ekologi
f.       Factor-factor psikologis
Burung tersebar disemua benua, lautan, dan hamper seluruh kepulauan. Penetrasi burung-burung tersebut mencapai artik dan antartika termasuk daerah permukaan laut sampai pegunungan. Dengan mempertimbangkan kemampuan terbang, mereka mempunyai kemampuan penyebaran geografi dan habitat yang luas (Storer, 1961)
Di seluruh kawasan Jawa, jumlah total dari jenis burung yang tercatat adalah 494 jenis, 366 diantaranya adalah jenis penetap dan 128 lainnya sebagai pengunjung / pengembara (migrant). Daerah Jawa dan Bali mempunyai avifauna yang kaya, terdapat hamper 500 jenis yang mewakili setengah dari suku burung di dunia (MacKinnon, 1993). Sebanyak 24 jenis merupakan endemic Jawa, 16 jenis terbatas di Jawa, 1 hanya terdapat di Bali dan 7 jenis terdapat di keduan pulau tersebut.
Burung menempati setiap habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub. Ada burung yang hidup di daerah hutan, padang terbuka, daerah gunung, burung air, burung yang menjelajahi samudra dan ada yang hidup di gua. Burung ditemukan dimana-mana antara lain hutan serta kolam-kolam yang terdapat ikan, serangga dan invertebrate (MacKinnon, 1993)
Beberapa jenis burung tinggal di daerah-daerah tertentu, tetapi banyak jenis yang bermigrasi secara teratur dari suatu daerah ke daerah yang lain sesuai dengan perubahan musim. Migrasi umumnya antara bagian Utara dan Selatan bumi yang disebut Latitudinal. Pada musim panas burung-burung bergerak ataui tinggal didaerah sedang dan daerah-daerah sub artik dimana terdapat fasilitas-fasilitas untuk makan dan bersarang, serta kembali ke daerah tropic untuk beristirahat selama musim salju. Beberapa spesies burung melakukan migrasi altitudinal yaitu ke daerah-daerah pegunungan selam musim salju dan ini terdapat di Amerika Utara bagian barat (Murad,1993).
Luas pergerakan dan jarak tempuh burung berbeda pada setiap jenis. Beberapa jenis menempati teritori yang kecil serta tetap dan lambat berpencar untuk menempati daerah baru. Jenis lain mempunyai ruang lingkup pergerakan yang lebih luas.
Cirri-ciri burung :
a.       Bentuk, setiap jenis burung mempunyai bentuk paruh, ekor, sayap, kaki dan leher yang bisa dibedakan dengan jelas terhadap jenis lainnya. Jenis-jenis burung yang mempunyai bentuk hamper sama dikelompokan oleh para ahli burung kedalam family atau suku yang sama.
b.      Ukuran, untuk mempermudah menentukan ukuran burung yang kita lihat, kita dapat membandingkan dengan ukuran burung yang sudah biasa kita temui.
c.       Postur tubuh
d.      Perilaku, beberapa kelompok jenis burung memiliki perilaku yang khas. Misalnya jalak yang hanya berjalan diatas tanah, sementara kucica lebih sering melompat-lompat saat di tanah.
e.       Field Marcks, setiap jenis burung memiliki pola warna dan tanda-tanda yang khas bagi jenis atau jenis kelompok tertentu. Untuk mengetahui hal ini secara lebih baik, terlebih dahulu memahami bagian-bagian tubuh dari burung. Misalnya lingkaran mata, garis mata, strip mata, jambul, pola sayap, garis pada sayap dan tanda di ekor.
f.       Warna, walupun warna kadang berguna dalam identifikasi burung, biasanya lebih baik bila diidentifikasi dititikberatkan pada petunjuk lain. Seperti bentuk, postur, dan perilaku. Hal ini disebabkan karena warna burung kadang-kadang berubah-ubah akibat permainan cahaya dan sudut pandang pengamat. Selain itu perubahan warna burung dipengaruhi pula oleh umur, jenis kelamin, dan musim. Sebagian besar burung air mengalami perubahan warna bulu saat musim kawin (breeding). Banyak jenis burung yang memiliki warna berbeda antara jantan dan betina.

2.2              Migrasi
Kata migrasi diturunkan dari kata migrat (latin) yang berarti pergi dari satu tempat ke tempat lainnya atau juga bermakna bepergian ke berbagai tempat (Peterson, 1986). Migrasi dalam kehidupan hewan dapat didefinisikan sebagai pergerakan musiman yang dilakukan secara terus menerus dari satu tempat ke tempat lain dan kembali ke tempat semula, biasanya dilakukan dalam dua musim yang meliputi dating dan kembali ke daerah perkembangbiakan (Alikondra, 1990).
            Diantara penanggalan biologis tersebut terdapat kelenjar endokrin, alat yang dapat merangsang burung jantan untuk bernyanyi dan burung betina untuk bertelur. Burung mengalami perubahan biologis berhubungan dengan reproduksi disaat sebelum dan sesudah musim bersarang, sehingga kelenjar endokrin menjadi sangat aktif. Dalam periode inilah burung bermigrasi (Peterson, 1986).
            Penanggalan biologis yang diatur oleh ransangan dari luar dapat menyiapkan burung untuk bermigrasi, tetapi saat yang paling tepat untuk memulai bermigrasi ditentukan oleh cuaca. Semua factor lain dapat memungkinkan keberangkatan, tetapi migrasi jarak jauh biasanya menunggu kondisi terbang yang baik. Burung memerlukan angin yang sesuai agar dapat membantu pergerakan selama perjalanan. Banyak burung-burung migrant berjuang dalam keadaan yang paling tidak aman untuk mencapai tujuannya (Peterson, 1986).
            Selama penerbangan jauh yang berbahaya dari tempat asal ke tempat tujuan, burung menggunakan berbagai macam kemampuan untuk menentukan arahnya. Burung dapat menentukan arah terbangnya dengan cepat dalam berbagai keadaan, seperti siang hari, malam hari, cuaca mendung, maupun cuaca berkabut. Pedoman utama yang dijadikan patokan arah oleh burung selama terbang bermigrasi adalah kompas matahari pada siang hari dan pola bintang pada malam hari. Selain itu pedoman lain yang dipakai adalah penglihatan visual, tanda magnet bumi, indera penciuman dan rasa, kemampuan untuk mendeteksi variasi gravitasi, dan gaya Coriolis (Mead, 1983).
            Migrasi merupakan pola adaptasi perilaku yang dilakukan oleh beberapa jenis satwa liar. Migrasi dilakukan jika memang diperlukan. Pola migrasi yang dilakukannya pun berbeda setiap jenis satwa, tergantung pada keadaan, waktu, dan berbagai penyebab keadaan yaitu alimental, gametik, dan klimatik (Orr, 1970).
            Alimental merupakan kegiatan makhluk hidup untuk mendapatkan makanan atau bahan-bahan untuk pertumbuhan, sedangkan gametik merupakan pola migrasi yang dilakukan satwa kembali ke daerah perkembangbiakannya dan setelah selesai bereproduksi maka akan kembali secara alimental. Migrasi karena klimatik berhubungan dengan perubahan musim pada bumi belahan utara maupun selatan sehingga menuntut satwa berpindah untuk mempertahankan hidupnya, baik dingin maupun panas.
            Migrasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu migrasi musiman dan migrasi harian. Migrasi musiman biasanya berhubungan dengan perubahn iklim. Migrasi ini dapat dilakukan menurut garis lintang, ketinggian tempat maupun secara local, sedangkan migrasi harian disebut juga pergerakan harian karena beberapa satwa liar melakukan pergerakan harian selama 24 jam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

BAB III
METODE PENULISAN

Metode yang diterapkan dalam penyusunan tulisan ini adalah metode kajian pustaka, Metode kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis dari literatur, media cetak maupun media internet yang relevan yang dapat memberikan informasi dalam pembuatan tulisan ini.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Migrasi Pada Burung
            Perilaku migrasi pada burung terjadi dipengaruhi oleh banyak factor yaitu perubahan musim serta burung bermigrasi untuk mencari makan. Migrasi membutuhkan keahlian khusus seperti penentuan arah, cadangan makanan, dan kemampuan untuk terbang dalam jangka waktu yang lama. Hewan yang tidak memiliki ciri-ciri di atas tidak mungkin dapat berubah menjadi hewan migran, atau hewan yang melakukan migrasi. Burung memiliki jam tubuh yang membantu mereka mengetahui waktu, bila mereka berada dalam lingkungan tertutup, dan membedakan perubahan musim.
Burung migran tidak memulai perjalanan migrasinya dari tempat yang sama. Ketika saat bermigrasi tiba, masing-masing burung berada di tempat yang berbeda. Pada sebagian besar spesies, pertama-tama mereka berkumpul di tempat tertentu untuk kemudian bermigrasi bersama.
Burung menggunakan banyak energi saat terbang. Oleh karena itu, mereka membutuhkan lebih banyak sumber energi daripada hewan darat maupun hewan laut. Misalnya, untuk terbang sejauh 3.000 km antara Hawaii dan Alaska, burung kolibri (yang memiliki bobot beberapa gram) harus mengepakkan sayap sebanyak 2,5 juta kali. Meskipun begitu, mereka dapat tetap berada di udara selama 36 jam. Kecepatan rata-rata selama melakukan perjalanan ini kurang lebih 80 km/jam. Selama melakukan penerbangan seberat ini, jumlah asam dalam darah bertambah secara berlebihan, dan burung dapat pingsan akibat suhu tubuh yang meningkat. Beberapa burung menghindari bahaya ini dengan mendarat. Dalam keadaan seperti ini, burung mengembangkan sayap selebar-lebarnya, dan dengan beristirahat dalam keadaan tersebut, suhu tubuhnya turun.
Burung migran memiliki sistem metabolisme tubuh yang kuat agar dapat melakukan aktivitas yang berat ini. Misalnya, aktivitas metabolisme pada burung kolibri, burung migran terkecil, dua puluh kali lebih kuat daripada aktivitas metabolisme gajah.

4.2 Teknik Terbang Burung Pada Saat Migrasi
            Burung melakukan migrasi memiliki kemampuan untuk memanfaatkan angin dalam penerbangan mereka. Misalnya, burung bangau dapat terbang hingga ketinggian 2.000 m dengan mengikuti arus udara panas, lalu meluncur dengan cepat menuju arus udara panas berikutnya tanpa harus mengepakkan sayap.
Teknik terbang lain yang biasa dilakukan sekelompok burung adalah formasi "V". Pada teknik ini, burung yang besar dan kuat berada paling depan sebagai perisai melawan arus udara dan membuka jalan bagi burung lain yang lebih lemah, dengan pengaturan seperti ini, secara umum kelompok tersebut dapat menghemat energi hingga 23%.
Selagi bermigrasi, burung harus memperhatikan gejala atmosferis. Misalnya, mereka mengubah arah untuk menghindari badai yang mendekat. Beberapa jenis burung dapat mendengar bunyi yang berfrekuensi sangat rendah, yang tersebar jauh dalam atmosfer. Oleh karena itu, burung migran dapat mendengar terbentuknya badai di gunung pada kejauhan atau halilintar di atas samudra yang berjarak ratusan kilometer di depan. Selain itu, telah diketahui pula bahwa burung dikenal berhati-hati dalam menentukan rute migrasinya, mereka akan menghindari daerah dengan kondisi atmosfer yang berbahaya.

4.3 Penentuan Arah Terhadap Perilaku Migrasi Pada Burung
Burung memiliki sistem reseptor magnetik yang maju, yang memungkinkan mereka menentukan arah dengan menggunakan medan magnet bumi. Sistem ini membantu burung menentukan arah dengan merasakan perubahan medan magnet bumi selama migrasi. Berbagai eksperimen menunjukkan bahwa burung migran dapat merasakan perbedaan medan magnet bumi sebesar 2%.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Perilaku pada kelompok burung yang melakukan migrasi dipengaruhi oleh banyak factor, factor-faktor tersebut sangat mempengaruhi perilaku tersebut dalam proses penentuan arah, daya terbang, hingga proses perkembangbiakan. Factor-faktor tersebut ialah waktu dan geologi, penghalang fisik, mobilitas, kebutuhan akan lingkungan, toleransi ekologi, factor-factor psikologis.

5.2  Saran
Perlu ditingkatkan penelitian terhadap perilaku migrasi pada burung serta mengamati keanekaragaman jenis burung-burung migrant.


Daftar Pustaka
Arsya,Alamsyah. 2011. Migrasi Pada Burung. Terdapat pada : http:// blog.bukukita.com
            diakses pada tanggal 12 Desember 2011
Bama. 2011. Konservasi Monitoring Burung Migrant. Terdapat pada :
Dunn, E.H., et.all. 2006. Monitoring Bird Population in Small Geographic Areas. Canada             Minister of Environment.
McKinnon, J., et.all. 2000. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. Birdlife         International
Sutikno. 2011. Migrasi Burung. Terdapat pada http://sutikno.blog.uns.ac.id                         
            diakses pada tanggal 12 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar