“Anak perempuan jangan pergi jauh-jauh, bikin khawatir”
“Pulang malem ada yang anter gga? Kalau gga ada yang anter, gga boleh!”
“Emang sanggup gitu, Nona, kamu kerja sambil kuliah?”
“Ngapain kerja jauh-jauh, nanti kamu capek, bla bla bla….”
Sekian dari banyak kalimat yang anda lontarkan kepada saya, banyaknya
sih kalimat-kalimat yang ‘mematahkan’. Tapi entah mengapa saya justru terlecut
disaat anda coba ‘mematahkan’ semangat saya dalam melakukan sesuatu. Saya
semakin semangat untuk membuktikan bahwa saya sanggup melakukan apa yang anda
telah ‘patahkan’. Saya kadang berpikir, jangan-jangan anda memang sudah tahu
kalau anak perempuan sulung anda ini seorang ‘rebellion’ yang semakin ditentang
akan semakin dilakukan :p . Mungkin itu salah satu cara anda mendidik saya
menjadi perempuan dengan pribadi yang ‘tough’. :)
Hubungan kita mungkin tidak seperti kebanyakan hubungan anak perempuan
dan ayah pada umumnya. Biasanya anak perempuan bisa bermanja-manjaan atau
bahkan ‘bermesraan’ dengan sang ayah tapi hal itu tidak terjadi pada kita.
Hubungan kita seringnya diwarnai perdebatan panjang, atau bahkan sapaan singkat
berupa nasihat-nasihat. Tak jarang perdebatan panjang itu kita akhiri dengan
‘bermusuhan’ atau perang dingin satu sama lain. Sehabisnya, saya bisa sangat
kesal dan sebal pada anda. Keras kepala dan teguh mempertahankan pendapat jika
merasa benar adalah gen yang anda warisi pada saya. Harusnya saya sudah tahu,
saat itu secara tidak langsung, saya kesal dan sebal pada diri saya sendiri.
berhadapan dan berdebat dengan anda sama halnya berhadapan dan berdebat dengan
diri saya sendiri. haha. Ya, seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan
saya, sekarang saya paham dan mengerti apa yang anda maksud. Kekhawatiran anda
adalah bentuk lain dari kasih sayang anda terhadap saya. I admit that you are
really my best debating partner anyway, Dad… :)
Hubungan kita berubah setelah saya menambah rutinitas untuk dari rumah.
Saat itu karena pertimbangan kerja sambil kuliah maka saya memutuskan untuk
langsung menuju kampus ketika sepulang dari kerja, agar saya bisa menyimpan
energi lebih. Kita hanya bertemu Sabtu dan Minggu, itupun kadang waktu tidak
kita habiskan seharian. Kadang kita bertemu malam hari saat saya selesai
kegiatan atau anda selesai kegiatan. Kita bahkan tidak pernah berdebat lagi.
Namun, pola intensitas pertemuan yang berkurang tidak menyebabkan perhatian dan
kasih sayang anda pada saya berkurang. Seringkali saya pura-pura ketiduran di
ruang tv lalu mendapati anda menyelimuti saya, membetulkan letak bantal saya
dan mengusir nyamuk yang mulai mendekati saya. Mungkin gara-gara saya sudah
dewasa dan berat badan saya bertambah, sehingga jika ketiduran di ruang tv
tidak lagi digendong dan dipindahkan ke kamar seperti waktu saya kecil dulu.
hihihihi. Anda adalah orang yang paling cerewet jika saya tidak mengenakan
jaket tebal ketika berkendara motor di malam hari. Anda juga orang yang paling
cemas ketika saya pulang malam dan tidak diantar oleh teman. Saya tahu itu,
walaupun anda kebanyakan hanya diam.
Tak jarang saya ingin menitikkan air mata jika natal tiba dan saya
menciumi tangan anda sambil mengucapkan “Maafin nona selama ini ya, Pak” lalu
anda membalasnya dengan sebuah pelukan hangat dan kecupan di kening, “Maafin
Bapak juga ya, semoga nona manis semakin sukses, bahagia dan selalu jadi
berkat, Bapak sayang sama Nona” :’)
Sehat selalu ya, Pak. Supaya bisa menjadi bagian dari janji suci
pernikahanku dan adik-adikku nanti serta melihat anak cucumu belajar jalan dan
mulai berlari. Amin : ) *efek dengerin lagu a thousand years *
love,
Putri Sulungmu.
“No matter what, good and bad, you’re still my best Dad! I
know you always try hard to be like that… with all of my heart, I love you,
Dad…”
“There are two man in your life who will never let you down
and broke your heart. They are your brother and your Dad.” #justsaying
Tidak ada komentar:
Posting Komentar