waktu kecil saya suka bermain pura-pura.
saya suka pura-pura tidur siang, padahal nanti saya berjinjit-jinjit
keluar untuk bermain dengan teman-teman saya di kali dekat rumah,
kemudian kembali lagi untuk tidur sebelum sore menjelang. orang tua saya
mengira saya tidur siang, padahal tidak, saya “bermain” di sepanjang
tidur saya.
saya suka pura-pura jadi “peragawati” dengan memakai baju kebesaran,
sepatu orang dewasa, lipstik merah menyala, kemudian bergaya di depan
kaca, seperti model betulan.
saya suka pura-pura jadi “mama” ketika main rumah-rumahan jaman dulu,
saya melakukan semua pekerjaan yang dilakukan oleh wanita dewasa.
pura-pura punya anak, pura-pura menyusui, pura-pura panggil “papa”
kepada teman pria kecil saya, pura-pura memasak untuk anak-anak saya,
pura-pura membagi uang kepada mereka, layaknya rumah tangga orang dewasa
pada umumnya, saya ini anak perempuan kecil yang suka bermain
“pura-pura”.
bukan hanya itu, saya juga suka pura-pura bermain pendekar. berpetualang
dengan teman-teman kecil saya, membangun “rumah-rumah” dari
daun-daunan.
saya suka pura-pura main “menikah.” yang ini biasanya aksesoris yang
kita punya lengkap. dari mulai kain putih panjang, ikat kepala, bunga
tangan, bunga yang akan dihamburkan, sampai soundtrack lagu pun bisa
pura-pura diciptakan.
ketika saya bermain “pura-pura” saya selalu menjadi apa yang saya inginkan, apa yang ada di khayalan saya selalu menjadi nyata.
nah, sekarang setelah saya dewasa, bagaimana kalau kita bermain “menikah” walau hanya “pura-pura.”
“kau pakai dasi yang ini ya sayang.”
kau dan saya. pura-pura saja :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar