Aku deg-degan, syukurlah
kalau kau tidak mendengarnya. Tetapi kau itu begitu memesonaku.
Perasaan, seperti ini entah kenapa tidak pernah aku rasa sebelumnya.
Aku suka sekali melihat kau
tersenyum. Lekukan bibirmu akan terbuka sedikit lebar, menutupi bekas
kerutan di sekitarnya. Karena sebenarnya kau itu suka sekali tersenyum.
Kau suka menertawai kebodohan-kebodohanku.
Tetapi tidak apa-apa. Itu bukan
masalah besar buatku. Selama itu membuat kau bahagia, tidak masalah. Dan
tetaplah tertawa, karena sampai kapanpun aku akan selalu merindukan
tawamu. Tawamu yang empuk.
Pertama kalinya kita pergi ke
suatu tempat. Kau bilang mau mengantarku ke sana. Aku menurut saja,
Kalau ditanya apa yang selalu membuat aku jatuh cinta. Aku tidak tahu,
perasaan itu terlalu tiba-tiba.
Rambutmu sudah mulai gondrong.
Pipimu juga semakin tirus, semakin mempertegas garis wajahmu. Kerutan di
sekitar dahimu bertambah, mungkin kau memang sekarang sedang
sibuk-sibuknya.
Dalam perjalanan pulang
ketika kau mengantarku. Aku sempat menyenderkan kepalaku di pundakmu.
Bulan penuh persis di atas kepala kita. Aku suka mendengarkan suaramu
dari ujung pundak. Ada ketenangan di sana. Ada rasa nyaman. Mungkin rasa
nyaman itu, yang membuat aku jatuh cinta?
Aku menginginkanmu bebicara
sepatah kata. Mengobrol lama seperti dulu. Kau biasanya bercerita apapun
yang kau suka, aku menjadi pendengarnya. Atau giliran kau yang
mendengarkan aku menangis berlama-lama. Dan kau betah-betah saja.
Atau rasa nyaman itu sendiri
yang membuat aku leluasa berbagi. Sebenarnya mungkin awalnya tidak ada
cinta. Tapi kita sendiri yang memberikannya tempat. Kita sendiri yang
membiarkannya tumbuh. Kita sendiri yang merelakannya semakin besar. Kini
ketika cinta itu semakin besar, mungkin sebentar lagi cinta itu akan
menikah dan membangun keluarganya sendiri. Apa kita rela melepaskannya?
Persis di hari itu, aku
menemukanmu di jalan yang sama. Tidak. Kau tidak melakukannya. Aku
menunggu semenit, dua menit... hening lama. Aku menunggu kau menyapaku.
Aku menunggu kau bertanya sesuatu. Aku menunggu kau memanggilku dengan
panggilan kesayanganmu.
Namun kau hanya diam.
*keisengan mencari dan menemukan dan semoga yang terakhir bukan jawabannya ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar