Akhir-akhir ini saya sedang
berpikir bahwa sebenarnya kehidupan terdiri dari pola-pola. Di dalam percakapan
saya dengan seseorang teman, kami sepakat bahwa cinta adalah sebuah
pola. Bahwa sebenarnya kami hanya mengulangi kisah cinta yang dulunya pernah
terjadi oleh orang-orang di atas kami.
Saya pernah melakukannya. Jatuh
cinta dengan orang yang salah,
katanya. Tetapi saya tidak percaya. Saya tidak percaya bahwa ada kesalahan
ketika kita mencintai seseorang. Saya tidak percaya bahwa terdapat sebuah “kesalahan”
ketika kita mencintai orang lain. Seperti sebuah “kesalahan” pada lembaran
jawaban siswa. Dan ketika salah, guru akan menandainya dengan bolpoin merah.
Hanya
saja
saya tidak suka kalimat ini: Jatuh cinta dengan orang yang salah.
Kalimat tersebut terlalu egois.
Seakan-akan kita tidak pernah melakukan kesalahan di dalam hidup. Kalimat itu
juga seakan menyiratkan bahwa, jika kesalahan itu ada di pihak kita, selamanya
kita yang benar, dan pihak sebaliknya yang salah.
Bagi saya, setiap orang terbuat
dari kesalahan. Tidak ada yang berhak menghakimi orang lain. Saya pernah ada di
dalam kondisi yang “salah” dan saya dihakimi. Saya berpikir ulang, kenapa saya
dihakimi? dan yang parahnya adalah orang tersebut tidak hanya menghakimi saya.
Ia juga menghakimi orang-orang yang berada di dekat saya.
Saya belajar beberapa hal dalam
kondisi ini: ketika kamu dihakimi oleh orang lain, sebenarnya orang tersebut
sedang menghakimi dirinya sendiri. Itu adalah perwakilan dari isi hatinya. Jangan
terlalu dekat dengan orang yang suka menghakimi orang lain.
Kamu tidak pernah jatuh cinta
dengan orang yang salah. Tidak ada
satu orang pun di bahwa langit ini yang punya kuasa untuk mengatur, yang itu “salah”
yang itu “benar” atau yang itu “tepat” karena konon hati manusia itu terlalu
dalam untuk dinilai hanya dari permukaannya.
hei kamu , saya jatuh cinta sama kamu : )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar